Selasa, 17 Oktober 2023

Oleh Erik Purnama Putra

Belakangan ini, wartawan senior Goenawan Muhammad mendadak mulai mengkritik Gibran Rakabuming Raka. Apa sebab? GM, sapaan akrabnya, menyentil langkah Gibran yang digadang-gadang sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto.

Hal itu terasa mengejutkan. Pasalnya, GM selama ini, selalu memuji langkah Presiden Jokowi apapun bentuknya. Dia bahkan memuji Jokowi sebagai presiden terbaik sepanjang sejarah RI.

Pun ketika Gibran maju Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Solo 2020, tidak ada kritikan yang keluar dari mulut Goenawan. Dia adem ayem saja. Bahkan, setelahnya, ia masih memuji Jokowi. Padahal, Gibran maju dan memenangkan pertarungan wali kota Solo saat ayahnya masih berkuasa.

Hal itu berbeda ketika beberapa pihak membandingkan Gibran dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017. Kala itu, AHY maju dan kalah, ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah bukan lagi presiden RI. AHY ikut berkompetisi tiga tahun setelah ayahnya mengakhiri jabatan sebagai RI 1.

Namun, Gibran dengan dukungan kekuasaan ayahnya, bisa melenggang menuju kursi wali kota Solo. Hal itu patut dipertanyakan sebenarnya jika merujuk terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. Namun, tidak ada kritikan yang keluar dari GM dan konco-konconya.

Kini, GM seolah bersuara lantang. Si kakek tua ini sampai membuat surat terbuka berisi kritikan kepada Jokowi. Isi pesannya adalah sorotan terkait langkah Jokowi membangun dinasti politik. GM khawatir majunya Gibran menjadi RI 2 mendampingi Prabowo membuat dinasti politik langgeng.

Namun, jangan percaya kritikan yang dilontarkan GM itu. Beberapa kritikan dan cibirannya saat ini, bukan murni demi kepentingan bangsa atau perbaikan kesejahteraan masyarakat.

Dia berubah sikap sementara ke Jokowi, lantaran kepentingannya terancam. Apa itu? Tentu saja terkait jagoannya, yaitu capres PDIP Ganjar Pranowo. Sudah umum diketahui, GM berpihak dan mendukung Ganjar. Karena itu, setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memberi peluang Gibran bisa maju sebagai cawapres lantaran sedang menjabat wali kota Solo, GM seolah uring-uringan.

Padahal, ia sempat senang bukan kepalang ketika pada awalnya, MK menolak gugatan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). MK menolak batas usia capres dan cawapres dari 40 tahun diturunkan menjadi 35 tahun. Gibran yang berusia 36 tahun, jadinya tidak bisa ikut kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Mendengar keputusan itu, GM langsung membuat meme Prabowo berpasangan dengan Jan Ethes Srinarendra. GM dengan nyinyirnya ingin mengirim sarkas seolah mendukung Prabowo berpasangan dengan anak Gibran, lantaran ayahnya tak bisa maju menjadi cawapres.

Namun, GM sepertinya mengalami ejakulasi dini. Terlalu gembira di awal. Padahal, pesta belum dimulai. Nah, ketika putusan akhir dari tujuh gugatan terkait capres dan cawapres dibacakan Ketua MK Anwar Usman, bumi seolah jungkir balik. Adik ipar Jokowi tersebut mengabulkan gugatan yang diajukan mahasiswa asal Kota Solo.

Anwar mengabulkan sebagian gugatan, yaitu syarat capres dan cawapres tetap 40 tahun. Namun, siapa pun bisa menjadi capres dan cawapres, asalkan pernah atau sedang menjabat kepala daerah. Dengan ketentuan yang diketuk pamannya tersebut, jalan Gibran menjadi terbuka lebar.

GM pun terhenyak pastinya mendengar keputusan MK tersebut. Sudah pasti, ia jejeritan sendiri ketika putusan MK bertolak belakang dengan kabar pertama yang didengarnya.

Alhasil, kini ia membuat status baru lagi di X, berisi kritikan kepada Jokowi dan Gibran. Lagi-lagi, pesan saya, jangan percaya terhadap GM. Dia mengkritik itu lantaran kepentingannya terganggu. Apa itu? Lagi-lagi peluang Ganjar menjadi terganggu jika Gibran memutuskan maju.

Termasuk Denny Siregar dan beberapa influencer lainnya yang seolah membela konstitusi dalam mengkritik manuver Anwar Usman. Mereka bersikap seperti itu dilakukan bukan demi perbaikan bangsa, namun karena jagoannya bisa KO jika Gibran maju bersama Prabowo.

Begitulah semestinya kita menyikapi situasi saat ini…